18 November 2017
Pinjam Modal Bisa Ekspor Gula Jawa
Dirilis
18 November 2017
Penulis
Daya Tumbuh Usaha
Pengusaha
Frida Triyani
Jenis Usaha
Produksi Gula Jawa Cetak
Frida Triyani merintis usaha sejak 2004. Kini usaha gula jawa cetak miliknya termasuk salah satu produk unggulan Kabupaten Banyumas, yang diekspor hingga ke mancanegara.
Menurut Frida, gula jawa cetak sangat banyak diminati sebagai pengganti gula pasir karena dinilai lebih sehat. Selain itu persaingan dalam usaha ini juga belum banyak, sehingga peluang untuk mengembangkan usaha masih sangat besar. Dengan usahanya ini, Frida juga berharap bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.
Modal awal Frida membangun Nira Sari HS sebesar Rp5-7 juta. Waktu itu hanya cukup untuk membeli peralatan dan bahan baku yang tidak terlalu banyak. Tapi dalam 5 tahun pertama, Frida bisa menghasilkan omzet sebesar Rp15-20 juta rupiah per bulan. Omzet tersebut hanya cukup untuk keperluan usahanya saja. Untuk menambah modal, tahun 2009, Frida bekerja sama dengan bank. Pinjaman tambahan modal dari bank digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga omzetnya pun meningkat sebesar 30%.
Pasarkan ke Luar Negeri
Tidak berbeda seperti pelaku bisnis lainnya, Frida mengaku kerap kali mengalami kendala. Tantangan yang sering Frida hadapi diantaranya harga bahan baku gula yang naik turun dan kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap persediaan bahan baku. Namun hal tersebut tidak membuat ibu muda ini putus asa.
Saat ini, omzet Nira Sari HS mencapai Rp350 juta per bulan. Dibantu 15 orang karyawan, ia bisa menghasilkan rata-rata 18 sampai 20 ton gula jawa cetak dalam sebulan, untuk memenuhi pesanan eksportir dari Cirebon, Bandung, dan Jakarta, serta untuk memasarkan produknya ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Arab, dan beberapa negara di Eropa.
Kesuksesan yang sudah dicapainya saat ini, tidak membuat Frida merasa besar hati. Ia memiliki mimpi untuk lebih mengembangkan usahanya agar dapat diwariskan ke anak dan cucu suatu saat nanti. Selain itu, ia juga berharap agar bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi untuk memberdayakan warga sekitar tempatnya tinggal.
Menurut Frida, gula jawa cetak sangat banyak diminati sebagai pengganti gula pasir karena dinilai lebih sehat. Selain itu persaingan dalam usaha ini juga belum banyak, sehingga peluang untuk mengembangkan usaha masih sangat besar. Dengan usahanya ini, Frida juga berharap bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.
Modal awal Frida membangun Nira Sari HS sebesar Rp5-7 juta. Waktu itu hanya cukup untuk membeli peralatan dan bahan baku yang tidak terlalu banyak. Tapi dalam 5 tahun pertama, Frida bisa menghasilkan omzet sebesar Rp15-20 juta rupiah per bulan. Omzet tersebut hanya cukup untuk keperluan usahanya saja. Untuk menambah modal, tahun 2009, Frida bekerja sama dengan bank. Pinjaman tambahan modal dari bank digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga omzetnya pun meningkat sebesar 30%.
Pasarkan ke Luar Negeri
Tidak berbeda seperti pelaku bisnis lainnya, Frida mengaku kerap kali mengalami kendala. Tantangan yang sering Frida hadapi diantaranya harga bahan baku gula yang naik turun dan kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap persediaan bahan baku. Namun hal tersebut tidak membuat ibu muda ini putus asa.
Saat ini, omzet Nira Sari HS mencapai Rp350 juta per bulan. Dibantu 15 orang karyawan, ia bisa menghasilkan rata-rata 18 sampai 20 ton gula jawa cetak dalam sebulan, untuk memenuhi pesanan eksportir dari Cirebon, Bandung, dan Jakarta, serta untuk memasarkan produknya ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Arab, dan beberapa negara di Eropa.
Kesuksesan yang sudah dicapainya saat ini, tidak membuat Frida merasa besar hati. Ia memiliki mimpi untuk lebih mengembangkan usahanya agar dapat diwariskan ke anak dan cucu suatu saat nanti. Selain itu, ia juga berharap agar bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi untuk memberdayakan warga sekitar tempatnya tinggal.