02 Januari 2023
Dirilis
Penulis
BTPN Mitra Bisnis
Luas lahan perkebunan kelapa sawit terus mengalami pertumbuhan, dimana tercatat mencapai 15,08 juta hektar pada 2021 dibandingkan dengan 14,45 juta hektar pada 2019. Dari total luas lahan tersebut terdiri dari Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta.
Sawit sebagai bahan baku industri oleokimia
Industri oleokimia adalah industri antara yang berbasis minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Dari kedua jenis produk ini dapat dihasilkan berbagai jenis produk antara sawit yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilirnya baik untuk kategori pangan ataupun non pangan. Diantara kelompok industri antara sawit tersebut salah satunya adalah oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol). Produk-produk tersebut menjadi bahan baku bagi beberapa industri seperti farmasi, toiletries, dan kosmetik.
Menurut data Kementerian Perindustrian, industri oleokimia di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Jumlah perusahaan terus bertambah dari 17 perusahaan di 2016 menjadi 20 di awal 2019 dengan total kapasitas produksi saat ini mencapai 7.553,70 juta ton per tahun. Berikut merupakan datanya:
Pada 2017 industri oleokimia memiliki kapasitas produksi 2.362.8 juta ton. Jumlah tersebut terus meningkat hingga awal pada 2018 jumlah perusahaan bertambah pada 2019 dengan total kapasitas produk oleokimia nasional sebanyak 7.553,7 juta ton dan berlangsung secara stagnan hingga 2021.
Baca Juga : Bertani di Zaman Milenial? Siapa Takut!
Permintaan produk oleokimia dunia diperkirakan akan terus tumbuh karena produk-produknya yang dihasilkan dengan bahan baku oleokimia cukup banyak yang merupakan kebutuhan dasar seperti sabun, deterjen, produk farmasi, bahan makanan/minuman yang selalu tumbuh kebutuhannya.
Ekspor Olekimia cenderung meningkat
Sebagian besar produk oleokimia dasar dipasarkan ke luar negeri. Selama 2017- 2021, volume ekspornya cenderung meningkat setiap tahun, namun berfluktuasi. Dalam kurun waktu itu, ekspor melonjak hingga 1,4% dari 4,3 juta ton menjadi 6,1 juta ton pada 2021 yang sekaligus merupakan peningkatan volume ekspor terbesar dalam lima tahun terakhir. Berikut merupakan datanya:
Meski volume ekspor terus meningkat namun nilai ekspor tidak sejalan dengan volumenya. Pada tahun 2019, nilai ekspor turun sekitar 20,4% menjadi US$ 2,7 juta meski secara volume meningkat 3,7% menjadi 4,8 juta ton. Dengan kata lain, pada 2019 harga ekspor produk oleokimia mengalami penurunan harga.
Ekspor sangat penting bagi industri oleokimia karena sebagian besar produksinya diarahkan ke pasar luar negeri. Peran ekspor produk oleokimia ini belum akan bergeser kecuali dikembangkan industri hilir oleokimia dan penggunanya lebih jauh lagi.
Impor Olekimia cenderung meningkat
Impor produk-produk oleokimia dasar berfluktuasi mengikuti harganya. Selama periode 2017-2021, impor melonjak pada tahun 2018 yaitu sebesar 287,81 ribu ton. Berikut merupakan datanya:
Pada tahun 2018, lonjakan jumlah impor oleokimia bertambah seiring dengan permintaan terhadap bertambahnya kebutuhan mendasar rumah tangga dan perhotelan seperti shampoo, sabun dan detergen. Selain itu, jumlah perusahaan di Indonesia yang bergerak pada produksi ioleokimia pun masih sejumlah 20. Hingga pada akhirnya dengan bertambahnya permintaan, maka penambahan investasi industri oleokimia di awal tahun 2019 mencapai Rp 4,84 triliun dan bertambah menjadi 39 perusahaan.
Pada tahun 2021, tercatat harga impor lebih tinggi yakni US$ 1,70/kg, dibanding harga ekspor yang sebesar US$ 1,0/kg. Sehingga jumlah oleokimia yang di impor pun menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 52,63 ribu ton.
Dampak Harga Minyak Sawit Terhadap Industri Oleokimia
Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mengatakan bahwa lonjakan harga minyak sawit mentah tidak berdampak pada industri oleokimia. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan baku dan karakter industri oleokimia. Bahan baku yang digunakan oleh industri oleokimia adalah CPKO (minyak inti sawit/crude palm kernel oil). Hingga 90% menggunakan CPKO, sisanya sekitar 1-2% menggunakan palm stearin (berbahan baku CPO).
Diproyeksikan terkait pasokan bahan baku, tidak akan ada kendala di tahun 2022. Dikarenakan produksi CPKO tahun 2022 naik jadi 4,56 juta ton dibandingkan 2021 yang 4,41 juta ton. Terlebih, permintaan global dan domestik sangat dipengaruhi seberapa cepat pemulihan ekonomi di berbagai negara akibat adanya pandemi Covid-19.
Kebijakan Hilirisasi
Melimpahnya CPO di dalam negeri merupakan salah satu faktor penting penentu keunggulan daya saing industri hilir sawit di dalam negeri. Karena itu, kalangan pelaku industri hilir sawit seharusnya dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk mendorong daya saing industrinya. Untuk itu, peranan pemerintah sangat diperlukan untuk pengembangan industri hilir sawit di dalam negeri melalui berbagai kebijakan untuk mendorong pengembangan industri hilir. Pemerintah menyediakan infrastruktur dan menghapus semua hambatan usaha yang ada.
Sebelum tahun 2011, industri hilir kelapa sawit di dalam negeri dapat dikatakan kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Hal itu dapat dilihat dari besaran tarif pajak ekspor atau bea keluar produk minyak kelapa sawit hulu seperti CPO yang disamakan dengan tarif bea keluar produk hilirnya Olein.
Bahkan dalam prakteknya besaran bea keluar yang dikenakan terhadap Olein ketika itu selalu lebih tinggi dari pada CPO, karena harga patokan ekspor (HPE) Olein selalu lebih tinggi dari CPO. Sehingga ketika itu, pengusaha di dalam negeri cenderung mengekspor CPO dibanding produk turunannya karena lebih menguntungkan menjual CPO dari pada produk hilirnya.
Namun kondisi itu berubah ketika pemerintah pada tahun 2011 merevisi kebijakan bea keluar sawit dengan memperkenalkan sistem bea keluar yang progresif dan lebih mendukung ke arah pengembangan industri hilirnya. Perubahan kebijakan bea keluar sawit itu sangat membantu industri hilir di dalam negeri. Karena dengan perubahan itu, maka daya saing industri hilir sawit nasional menjadi meningkat.
Prospek Industri Kelapa Sawit 2022
Industri CPO di Indonesia memiliki keunggulan yang tidak dimiliki banyak negara pesaing yakni ketersediaan bahan baku yang melimpah. Industri oleokimia berbasis sawit di Indonesia juga memiliki keunggulan karena didukung ketersediaan bahan baku CPO di dalam negeri. Dengan demikian Indonesia mampu menguasai pasar oleokimia dunia bersama dengan Malaysia.
Saat ini kapasitas produksi industri oleokimia dasar mencapai 7,55 juta ton/tahun. Selama ini, bahan baku sawit untuk industri oleokimia terutama dipasok dari pulau Sumatera dan Kalimantan. Sampai dengan tahun 2021 dari total luas perkebunan sawit sebesar 15,08 juta hektar, didominasi oleh perkebunan sawit di Sumatera dan Kalimantan masing-masing seluas 8,22 juta hektar dan 6,11 juta hektar atau mencapai 95% dari total luas perkebunan sawit di Indonesia.
Secara umum, industri oleokimia masih memiliki peluang sangat besar untuk berkembang. Namun di sisi lain, jika dilihat pertumbuhan kapasitasnya dalam periode 5 tahun terakhir tidak mengalami penambahan besar. Sebenarnya industri oleokimia di dalam negeri memiliki peluang untuk menambah kapasitas produksinya. Penambahan kapasitas yang terjadi dalam periode 5 tahun terakhir, diantaranya dipengaruhi oleh pengenaan bea keluar yang semakin mahal untuk produk hulu.
Di sisi lain Indonesia belum banyak menghasilkan produk oleokimia hilir seperti surfaktan yang memiliki nilai tambahnya sangat tinggi. Diharapkan di masa mendatang pengembangan industri dilakukan lebih ke hilir lagi. Dengan demikian akan dapat memanfaatkan industri domestik di bawahnya seperti sabun dan kosmetik yang potensi pasarnya sangat besar. Dengan dukungan pemerintah berupa kebijakan yang bersifat insentif bagi investasi hilir, maka diharapkan menarik minat para pemain maupun investor untuk mengembangkan pabrik oleokimia dasar maupun hilir. Sehingga pelaku industri tidak hanya menggantungkan sebatas pada produksi CPO.
Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Komentar