Menggerakkan Para Ayah Menjadi Pendukung Menyusui dan Fondasi Pengasuhan

Dirilis

27 Desember 2018

Penulis

Tim Penulis Daya Sehat Sejahtera

Narasumber

Veby Mayfriandi

Pekerjaan

Biro Konsultan Bidang Teknik Sipil

Sebagai kepala keluarga, seorang ayah bukan semata berlaku sebagai pencari nafkah utama. Ia adalah nahkoda rumah tangga dan teladan bagi istri serta keturunannya. Dalam membesarkan anak, ayah dan ibu adalah sebuah tim. Bahu-membahu menjalani peran sebagai orang tua tentu tak selalu mulus. Ayah perlu memperkaya wawasan dan mengasah mental untuk menghadapi aneka tantangan pengasuhan buah hati.

Kisah ini yang dialami pula oleh Veby Mayfriandi, seorang suami dan ayah dua anak asal Bandung. Pria yang bekerja di biro konsultan bidang teknik sipil ini mengalami transformasi sebagai seorang Ayah ASI – sebutan bagi para ayah yang mendukung penuh proses menyusui yang dijalani oleh istri dan anak mereka.

“Saat belum memiliki anak, pandangan saya bahwa menyusui itu tanggung jawab ibu, sedangkan asuh dan didik itu tanggung jawab ayah. Pada saat itu saya sendiri tidak ambil pusing, apakah istri mau memberikan sufor (susu formula) atau ASI, apapun itu akan saya dukung (secara finansial),” aku Veby.

Ketika Reni, istri Veby, sedang mengandung anak pertama mereka di tahun 2011, ia rajin memberikan opini dan wawasan tentang pentingnya menyusui. Reni pun kerap membagikan tweet atau cuitan dari akun Twitter dari Ayah ASI Indonesia yang memberikan edukasi kepada para ayah mengenai menyusui.

“Saya tertarik dengan tweet Ayah ASI yang disampaikan dengan asyik dan tidak menggurui. Waktu usia kandungan istri saya mencapai usia lima bulan, saya langsung sigap mencari segala informasi tentang ASI dan menyusui,” kenang Veby.

Veby kemudian aktif berkomunikasi, mengajukan tanya jawab dengan akun Ayah ASI Indonesia. Kemudian, muncul inisiatif dari Ayah ASI Indonesia untuk membentuk Ayah ASI Bandung. Veby dipertemukan dengan beberapa Ayah ASI dari Bandung, yaitu Rois Solihin, Idzma Mahayattika, Didin Baheramsyah, dan Adi Mardiana. Pada tanggal 26 Januari 2012, Ayah ASI Bandung resmi terbentuk dengan visi semakin banyak ayah di Bandung sadar bahwa perannya sangat berarti.

Hingga kini, Ayah ASI Bandung aktif terlibat dalam berbagai acara bertema parenting, seperti seminar, mengadakan family gathering, diskusi dan bincang-bincang seputar ASI serta menyusui. Ayah ASI Bandung juga bekerja sama pula dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Barat, Land Rover Club, dan komunitas lainnya untuk mendukung kegiatan mengenai menyusui dan pengasuhan. Memanfaatkan media sosial, Ayah ASI Bandung juga mengikuti jejak Ayah ASI Indonesia dalam mengedukasi orang tua, khususnya para ayah mengenai ASI dan menyusui.

Alhamdulillah, banyak ayah yang mengapresiasi kehadiran Ayah ASI Bandung. Banyaknya respons tersebut juga datang dari para istri yang mengungkapkan langsung,” terang Veby. Respons para ayah juga tergambar dari posting kegiatan mereka dengan keluarga menyertakan tagar #AyahASIonWeekEnd.

Ayah ASI Indonesia juga mengelola sebuah grup chat di aplikasi WhatsApp, yang mana anggotanya khusus para ayah dan menjadi wadah diskusi antar ayah. Anggota grup sementara dibatasi hanya untuk satu grup, meskipun peminatnya ribuan orang.

Pria yang kini juga menjabat sebagai Koordinator Tim Informasi – Edukasi di Ayah ASI Indonesia juga berbagi tentang bagaimana desain konten Ayah ASI. “Sebetulnya semua berawal dari hal yang sederhana. Hanya saja konten ini disampaikan dengan dasar sumber-sumber berupa artikel, jurnal, atau hasil kajian ilmiah. Penyampaiannya tetap santai, bersifat sharing, bukan menggurui, menggunakan ’bahasa lelaki‘ yang akrab dengan para ayah,” jelas Veby – yang juga bergabung dengan beberapa komunitas lain, seperti ParenThink dan Komunitas Support Ortu RUM (Rational Use of Medicine).

Menurut Veby, Ayah ASI akan membentuk kehadiran sosok Ayah yang peduli dan terlibat dalam pengasuhan anak bahkan sejak anak lahir. “Ayah ASI adalah gerbang keterlibatan Ayah dalam pola asuh didik, di mana sering kali saya temui bahwa urusan rumah tangga, termasuk menyusui dan mengurus anak, dipandang hanya jadi tanggung jawab ibu, sedangkan ayah hanya fokus mencari uang,” ujar Veby.

Akhir kata, Veby menyampaikan sebuah keinginannya bagi para ayah Indonesia, “Saya berharap agar para ayah mau menyediakan waktu lebih banyak untuk mengobrol dan berdiskusi dengan istri. Semoga dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara suami-istri, dapat menumbuhkan kesadaran para ayah bahwa perannya sangat penting serta membuka diri untuk terlibat dalam proses pengasuhan anak.”


 

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS