Data Pelanggan, Kunci Sukses Usaha Minuman Teh Kemasan

Dirilis

14 Januari 2019

Penulis

Tim Penulis Daya Tumbuh Usaha

Pengusaha

Ramang Basuki

Jenis Usaha

Distributor Teh Bandulan

Bab baru kehidupan Ramang Basuki tertoreh semenjak ia mencicipi sebuah minuman teh dalam kemasan gelas, ketika ia bertamu ke sebuah rumah mewah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, sekitar tahun 2014. Lidah Ramang jatuh cinta dengan Teh Bandulan. Sontak muncul ide untuk menjual Teh Bandulan yang kala itu masih dikenal di kalangan terbatas, sebagai salah satu produk oleh-oleh. Padahal sebenarnya, Ramang sadar ia punya modal minim, baik dalam segi keuangan maupun bekal pengalaman berniaga. Saat itu ia juga masih berkarier sebagai karyawan di salah satu bank di Jakarta.

Modal Awal 2,7 Juta, Omzet Lebih dari 100 juta

Di dampingi oleh sang putra, Ramang mendatangi seorang distributor Teh Bandulan di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dengan modal awal sekitar Rp2,7 juta, ia membeli 150 dus Teh Bandulan (1 dus berisi 24 gelas teh volume 180 mililiter) dan kemudian diangkut dengan mobil pribadinya serta disimpan di ruang tamu sebagai stok perdana.

Sembari masih menjalani kariernya, Ramang mulai menjual Teh Bandulan dengan sistem promosi lewat pesan singkat ponsel (SMS) kepada keluarga, kawan, serta rekan-rekan kantor. Ia juga memberanikan diri untuk menggelar lapak dagangan di depan sebuah mal kawasan Cinere, Depok. Setiap dus ia bandrol seharga Rp20 ribu. Sasaran pembelinya adalah keluarga yang usai berolahraga pagi. Tidak sampai dua jam, stok yang ia bawa sebanyak 25 dus ludes. Ramang pun membawa satu aset berharga lainnya dari penjualan tersebut: data pelanggan yang kelak akan menjadi sumber pemesanan berulang.

Dari sini, Ramang mendapatkan sebuah keyakinan bahwa ia bisa mengembangkan usaha dimulai dengan menelusuri daerah domisilinya dahulu. Akhir pekan berikutnya, Ramang memulai formula baru pemasaran. Ia bergerilya melakukan canvassing, mendatangi warung, toko, dan ritel tradisional lain dalam area kecamatan tempat tinggalnya, Kecamatan Cinere, sebagai saluran distribusi Teh Bandulan.

Awalnya, banyak warung dan toko yang menolak. Alasannya, produk Teh Bandulan belum dikenal dan takut sulit bersaing dengan merek-merek minuman kemasan lain. Namun, kegigihan Ramang berkomunikasi dan bernegosiasi berbuah manis. Sedikit demi sedikit, sederet ritel tradisional di Kecamatan Cinere menjadi pelanggan setia dan mengisi database miliknya. Imbasnya, Ramang pun lebih mulus memasok toko-toko grosir di kawasan Cinere, berbekal kesuksesannya merangkul ritel tradisional yang juga pelanggan toko-toko grosir tersebut.

Stok pertama Ramang habis sekitar empat bulan. Dari sini, ia menapak lebih jauh dengan mengajukan diri menjadi distributor tunggal Teh Bandulan daerah Depok. Ia membeli satu truk Teh Bandulan berisi 1.250 dus, melalui pesanan langsung dari pabrik di Pekalongan dan kian bersemangat menjalankan usahanya. Taktik canvassing dan mengumpulkan database pelanggan ia pertahankan sebagai ujung tombak strategi pemasaran.

Usaha Ramang berkembang stabil. Ia sempat mendukung pasokan Teh Bandulan untuk 34 cabang salah satu retail besar di wilayah Jabodetabek, pada tahun 2015-2016, atas permintaan dari pabrik pusat. Kini, ia memiliki rerata omzet Rp115.000.000 per bulan dan bisa menjadi tiga kali lipat di bulan Ramadan serta jelang Hari Raya Idul Fitri. Ada 7 kecamatan di Depok dan 3 kecamatan di Bogor yang menjadi area utama penjualannya, meliputi sekitar 550 gerai ritel dan 40 gerai grosir aktif. Tidak hanya teh gelas Bandulan, Ramang juga menjual teh kering dan teh celup Bandulan dengan pangsa pasar utama warung makan dan restoran bercita rasa tradisional. Namun, ia memutuskan untuk menjual Bandulan sebagai merek tunggal guna membangun konsentrasi penuh pada branding usahanya.

Tidak Pernah Berhutang

Hebatnya, pria yang baru saja memasuki masa pensiunnya awal tahun 2018 ini tidak pernah berutang untuk mendapatkan suntikan keuangan usahanya. Ramang menggunakan uang pribadi dan mengumpulkan permodalan dari kawan-kawan, yang ia ubah menjadi sistem bagi hasil penjualan. Saat ini, Ramang menjalankan kegiatan usaha dengan istri dan putranya, ditambah satu tenaga penjual yang membantunya canvassing. Usahanya pun masih berjalan menggunakan sistem administrasi sederhana. Ia masih menyimpan stok-stok ribuan dus di ruang tamu dan garasi rumahnya pula seperti awal usahanya. 

Kini Ramang mulai menapak di ranah e-commerce, mengikuti perkembangan era digital. Meskipun demikian, ia masih setia memperluas jejaringnya melalui canvassing dan mendekati para pengusaha kuliner untuk menjadikan Teh Bandulan sebagai bagian dari menu mereka. Jejaring ini adalah kunci sukses dari usaha Ramang yang berkembang sedemikian pesat dalam waktu kurang dari lima tahun. Rencana jangka panjang beliau adalah memiliki ruko sebagai kantor dan gudang stok.

Hasil tidak akan mengkhianati usaha. Tidak perlu berkecil hati jika membangun usaha dengan modal seadanya. Kisah Ramang membuktikan bahwa berkat kecintaan dan keyakinan terhadap produk yang dijual, serta kegigihan berniaga tanpa putus asa, usaha Anda punya prospek cerah untuk terus maju.


 

Penilaian :

5.0

5 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS