Dirilis

24 Juli 2018

Penulis

Tim Daya Tumbuh Usaha

Saat ini, menggunakan teknik storytelling sebagai ide marketing, utamanya marketing online, sudah menjadi hal umum. Tak hanya perusahaan yang berhubungan langsung dengan hal kreatif, tetapi juga perusahaan pemerintah. Adanya storytelling para calon konsumen tidak hanya bisa menikmati cerita, tapi juga bisa tertarik untuk melakukan transaksi.
Lalu, bagaimana caranya mengolah ide marketing menjadi cerita? Berikut langkah-langkah dasar yang bisa Anda lakukan.

1. Pahami Bahwa Storytelling Umumnya Bersifat Softselling
Bagi Anda yang ingin mendapatkan hasil langsung dari storytelling, sebaiknya mulai menghapus pemikiran tersebut. Sebab, storytelling bertujuan untuk membuat calon konsumen kenal dan mau mengetahui lebih lanjut tentang usaha Anda. Mendapatkan transaksi setelah merilis cerita tersebut adalah hal tambahan. Dengan mencamkan ini dalam pikiran, storytelling yang akan dibuat tak akan terlihat kaku dan terlalu memaksakan calon pembeli untuk menggunakan produk atau jasa Anda. Sehingga, mereka merasa lebih nyaman untuk mengetahui lebih lanjut.

2. Ketahui Apa yang Dikonsumsi Oleh Target Market
Sebelum membuat ceritanya, Anda harus mengetahui jenis konten seperti apa yang biasanya dikonsumsi oleh target market. Ide marketing yang sudah Anda pegang mungkin sudah cocok dengan mereka, namun untuk mengolahnya menjadi cerita, dibutuhkan pengetahuan lagi tentang konten yang kerap mereka nikmati.

Misalnya, anak SMA cenderung lebih suka menonton drama pendek dan gambar tanpa banyak tulisan. Orang dengan umur di atas 25 tahun hingga 30 tahun bisa jadi lebih menyukai cerita bersambung atau gambar dengan penjelasan yang cukup banyak. Dengan mengetahui apa yang biasanya disukai oleh target market Anda, pembuatan cerita dari ide marketing tersebut akan bisa dilakukan dengan lebih mudah dan efisien.

3. Gunakan Langkah-langkah Storytelling Orang Sastra
Para legenda sastra seperti William Shakespeare menggunakan sebuah langkah yang dikenal dengan nama Piramida Freytag untuk membuat cerita. Piramida ini sebaiknya juga digunakan untuk storytelling dari ide marketing Anda. Piramida ini membagi cerita dalam lima babak, yakni exposition, rising action, climax, falling action, dan resolution.

Jangan salah, meski terkesan sangat teknis tetapi piramida ini juga digunakan oleh banyak perusahaan besar dalam membuat storytelling mereka. Seperti merek mobil Jaguar yang membuat campaign bersama David Beckham. Saat itu, Jaguar hanya menyasar khusus masyarakat China pengguna WeChat dan Weibo (sejenis Facebook di China karena mereka memblokir Facebook).  

Di campaign, Jaguar mengajak masyarakat untuk menebak siapa brand ambassador mereka dengan memperlihatkan siluet dan video. Mereka juga turun ke jalan untuk menanyakan langsung pada orang-orang tentang sosok duta tersebut. Hasilnya, campaign tersebut mendapatkan lebih dari 50 ribu repost karena para masyarakat merasa diajak untuk berpartisipasi. Setelah Beckham diumumkan sebagai duta mereka, kehebohan masyarakat tak surut. Mereka masih terus melakukan repost campaign Jaguar hingga mencapai 30 ribu repost.

4. “Nilai” Lebih Menggugah Daripada Produk yang Ditawarkan
Jujur saja, Anda pun pasti akan lebih nyaman melihat iklan yang tak melulu memasarkan produknya. Hal ini juga berlaku untuk mengubah ide marketing Anda menjadi storytelling. Sebaiknya, Anda menjual “nilai” atau value yang dimiliki oleh produk Anda. Nilai ini bukanlah harga faktual dari produk Anda, melainkan nilai moral yang dibawa oleh perusahaan atau produk Anda.

Misalnya, produk Anda adalah popok bayi yang bisa membuat bayi nyaman sepanjang malam. Hal ini berarti produk Anda menjunjung tinggi nilai kenyamanan dari para konsumen mereka. Namun karena calon pembelinya adalah para orang tua, meski yang menggunakan adalah bayinya, Anda tak boleh serta-merta memberikan iklan yang dinikmati oleh bayi. Tetapi iklan yang dinikmati oleh orang tua dengan nilai kenyamanan tersebut.

Ketika bayi bisa menggunakan popok yang nyaman ketika tidur, ia akan bisa terlelap dengan pulas hingga pagi hari. Hal ini berarti orang tua tak perlu bangun tengah malam dan membuang waktu tidur mereka untuk si kecil. Hasilnya, orang tua bisa bangun pagi dengan senyum di wajah mereka, tidak lelah dan bisa kembali bersemangat untuk bekerja. Nilai ini bisa Anda tampilkan dalam cerita, membuat orang tua merasa bahwa jam tidur mereka bisa terselamatkan dengan popok yang Anda jual.

5. Iklan Berseri Memang Lebih Mengundang
Menurut data, iklan cerita yang berseri dan diunggah di media sosial mendapatkan lebih banyak perhatian dari para konsumen daripada yang tidak. Bahkan, ada perusahaan bernama Refinery29 yang mendapatkan lonjakan transaksi karenanya. Iklan jenis ini juga sebelumnya sempat diterapkan di Indonesia pada awal 2000-an.

Iklan dari merek detergen ini begitu disukai oleh para masyarakat Indonesia saat itu. Menceritakan tentang seorang perempuan yang akan menikah hingga ia menjadi seorang ibu. Cerita iklan ini dibuat dalam jangka waktu satu tahun, hasilnya masyarakat jadi mengenal detergen tersebut dengan lebih baik.

Namun, bila Anda ingin membuat cerita yang sifatnya bersambung seperti ini, ada baiknya untuk benar-benar mematangkan ide marketing Anda. Pasalnya, meski cerita bersambung lebih menarik, namun ide yang dibutuhkan untuk storytelling, waktu pembuatan dan biayanya juga umumnya lebih banyak daripada yang tak bersambung.

6. Angkat yang Lokal
Tak hanya berlaku untuk musik atau sinetron, mengangkat hal yang sifatnya lokal juga bisa berguna untuk storytelling Anda. Ide marketing yang dibuat harus bisa diterima oleh logika masyarakat agar mereka bisa engaged dengan bisnis Anda. Oleh karena itu, mengangkat hal yang lokal bisa menjadi pilihan yang lebih mudah daripada mencari yang global.

Masyarakat akan lebih mudah merasa tergugah ketika Anda menampilkan hal yang ada di sekitar mereka. Kembali pada contoh popok tadi misalnya, ketika Anda menampilkan keluarga dengan rumah ala Jepang, mereka tak akan bisa merasa memiliki kesamaan. Kecuali memang produk Anda ingin membuat para konsumen merasakan sensasi berada di Jepang.

Namun ketika Anda menampilkan rumah yang ada di Indonesia, konsumen akan lebih mudah untuk mengatakan “Oh, benar juga ya!” pada cerita tersebut. Sehingga, mereka jadi bisa menikmati cerita yang Anda tampilkan.

Membuat storytelling dari ide marketing Anda tak bisa dianggap remeh. Proses untuk membuat sebuah cerita yang baik memang membutuhkan jalan panjang. Anda pun sebaiknya mencari tim sendiri (bisa dengan mempekerjakan freelance) untuk membuat cerita ini, kecuali memang ada orang di tim sekarang yang bisa melakukannya. Anda pun sebaiknya melakukan pendalaman pasar yang lebih sebelum memulai membuat cerita, agar tak salah arah di akhir nanti. Daripada Anda sudah membuang uang cukup banyak untuk hasil yang tak maksimal, lebih baik lakukan penggodokan ide yang lama demi hasil yang lebih, bukan?

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Arrino Fatra

03 Januari 2023

Good info

Balas

. 0

Rominda Gurning

26 Juli 2018

mengenalkan sesuatu dlm bentuk cerita lebih mudah dipahami dan menarik karena sejak usia dini kita sudah dibiasakan mendengar cerita hahahah ?? belajar dr cerita.

Balas

. 1

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS