Dirilis

20 Oktober 2023

Penulis

ISMC

Sarkopenia adalah kondisi dimana terjadi penurunan kekuatan masa dan fungsi otot rangka yang umum terjadi pada orang-orang dengan lanjut usia. Namun kondisi ini bisa dialami juga oleh kalangan usia lain karena kondisi medis tertentu seperti mal nutrisi atau penderita kekurangan gizi, penyakit kronik, dan penyakit lainnya. 

Sarkopenia dapat memengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal tubuh sehingga beresiko menyebabkan penderita sarkopenia mudah terjatuh dan mengalami cedera. Masa otot dan kekuatan otot rangka menurun secara linear yang dimulai sejak decade ke 4 kehidupan (usia 40 tahun), sehingga masa otot akan hilang sekitar 50% pada dekade ke 8 (usia 80 tahun) konsekuensi dari sarkopenia pada lansia menyebabkan penurunan kekuatan dan fungsional yang berkontribusi pada kondisi kesehatan lansia. Angka kejadian sarkopenia berkisar 5%-13% pada usia 60 tahun ke atas, perkiraan tersebut meningkat menjadi 11%-50% pada lansia berusia 80 tahun ke atas. Sarkopenia juga dapat dialami pada orang dengan indeks masa tubuh (IMT) yang tinggi di mana kondisi ini biasa juga disebut sebagai obesitas sarcopenic

Orang dengan obesitas dan sarkopenia memiliki risiko komplikasi yang lebih besar dibandingan dengan obesitas atau sarkopenia saja. Perubahan patologis dan fisoligis pada otot rangka dengan bertambahnya usia ditandai dengan penurunan keseluruhan baik ukuran maupun jumlah serat otot rangka, terutama serat otot tipe 2 atau tipe cepat serta adanya infiltrasi jaringan fibrosa dan adiposa kedalam otot rangka. Selain itu, sel-sel satelit merupakan sel yang penting dalam proses perbaikan dan regenerasi otot rangka kandungannya berkurang. Muncul istilah obesitas sarkopenia yang merupakan kondisi obesitas karena infiltrasi lemak kedalam otot rangka sehingga memperburuk kondisi lansia karena adanya keterbatasan fungsional dan mobilitas pada obesitas penderita sarkopenia. 

Tanda munculnya sarkopenia biasanya diawali dengan kondisi tubuh yang gampang lelah dan terasa lemah sehingga seiring berjalannya waktu penderita sarkopenia sangat susah beraktifitas fisik sulit bergerak atau bergerak sangat lambat, kesulitan mengangkat atau menggengam suatu benda bahkan kehilangan gairah untuk bergerak.

Baca juga: Mengenal Sarkopenia

 

Penyebab Sarkopenia


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Sarkopenia dianggap multi faktorial (banyak faktor penyebab). Faktor-faktor itu diantaranya:

  1. Faktor internal yang memengaruhi terjadinya Sarkopenia seperti usia, berat badan lahir redah, gangguan karakteristik genetik yang dapat memengaruhi metabolisme dan kondisi otot selama kehidupan
  2. Faktor kebiasan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak aktif (sedenteri) atau jarang berolahraga, menurunkan asupan gizi, kecanduan alkohol dan penggunaan tembakau dikaitkan dengan risiko tinggi terjadinya sarkopenia, pola hidup tidak sehat yang dapat mengganggu proses pembentukan sel otot baru.
  3. Faktor hormonal. Beberapa kondisi faktor ketidak seimbangan hormonal seperti testosteron, estrogen, hormon pertumbuhan.
  4. Penyakit kronis. Beberapa penyakit kronis terdapat meningkatkan risiko penyakit sarkopenia, diantaranya PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), rematoid artritis, TBC, penyakit Crohn, Kolitis ulseratif, HIV-AIDS, Stroke, penyakit demensia-alzheimer, penyakit lupus, gangguan hati, diabetes dan beberapa kronik lain yang memiliki risiko tinggi terkena sarkopenia. Penyakit kronis ini mengharuskan pasien untuk banyak beristirahat dan meminimalisir aktivitas fisik sehingga menggangu pembentukan sel otot baru dan memicu penurunan masa otot
  5. Malnutrisi, penurunan asupan protein dan kalori beresiko tinggi mengalami sarkopenia, ini dikarenakan nutrisi tersebut berperan penting dalam pembentukan masa dan jaringan otot. Sering bertambahnya usia, lansia memiliki perubahan pola makan menjadi tidak seimbang, kemampuan mengecap rasa makanan menurun, kesulitan mencerna dan menelan makanan, adanya gangguan kesehatan gigi dan mulut, gangguan penyerapan protein, membuat lansia lebih rentan mengalami mal nutrisi sehingga terjadi sarkopenia.
  6. Faktor Psikologis. Stres berat yang disebabkan oleh kondisi penyakit kronis atau kondisi mental tertentu seperti depresi dapat menurunkan mood dan motivasi untuk beraktivitas termasuk berolahraga, kondisi ini apabila berlarut-larut tanpa adanya penangan khusus akan beresiko mengalami sarkopenia
  7. Adanya Inflamasi. Inflamasi akan memungkinkan menjadi kontributor penting terhadap terjadinya sarkopenia yang muncul karena adanya berbagai penyakit dan penyebab penuaan adanya kadar inflamasi sitokin interloukin-6 dalam serum berhubungan dengan kekuatan otot pada lansia yang menunjukkan penurunan kemampuan berjalan, risiko tinggi terjadinya cacat fisik yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kekuatan otot. Hal ini disebabkan karena paparan inflamasi sitokin kronik pada sel satelit diserap otot yang berdampak negatif pada regenerasi otot yang memungkinkan mempercepat terjadinya sarkopenia pada lansia


 

Gejala Sarkopenia

Gejala sarkopenia paling umum adalah munculnya kelemahaan kekuatan otot. Ada beberapa gejala lain yang umum di alami penderita sarkopenia termasuk:

  1. Terjadinya penurunan kebugaran/stamina
  2. Pola berjalan yang lambat
  3. Kesulitan melakukan aktivitas fisik/rutinitas sehari-hari
  4. Penurunan ukuran otot (atropi otot)
  5. Kesulitan untuk menaiki dan menurun tangga
  6. Menurunnya keseimbangan tubuh sehingga memudahkan untuk jatuh


 

Bagaimana mendiagnosis dan beberapa tes sarkopenia


Mendiagnosis sarkopenia diperlukan beberapa pemeriksaan khusus seperti:

  1. Mengisi questioner yang disebut SARC-F, adalah singkatan dari S = Strength (kekuatan), A = Assistance with walking (bantuan untuk berjalan), R = Rising from a chair (berdiri dari kursi), C = Climbing stairs (menaiki tangga), F = Falls (jatuh).
  2. Tes kekuatan otot Handgrip tes, Chair stan tes, Walking speed tes, Short physical performance battery (SPPB), Timed-up dan go tes (TUG)
  3. Tes pencitraan radiologi, Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA or DXA), Bioelectrical impedance analysis (BIA)


 

Penatalaksanaan Sarkopenia

Beberapa terapi yang dapat dilakukan otot lemah sarkopenia adalah 

 

  1. Modifikasi gaya hidup 

  • Melalui aktivitas fisik dengan melakukan rekomendasi berolahraga atau latihan kekuatan yang dapat membantu meningkatkan kekuatkan dan mengembalikan kehilangan otot, melakukan senam areobik, bersepeda, berlari dan beberapa olahraga lainya 
  • Pola makan seimbang dengan mengkonsumsi makanan gizi seimbang dapat membantu mengembalikan efek sarkopenia. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan protein tinggi (telur, susu, daging merah, daging ayam), makanan yang mengandung vitamin D (kuning telur, ikan tuna, dan susu), Makanan yang mengandung asam lemak omega 3, seperti makanan laut, minyak ikan, kacang kedelai, ikan salmon dan ikan tuna.
  1. Terapi fisik, yaitu pemberian fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan otot
  2. Hormone replacement therapy (HRT), yaitu terapi hormon untuk membantu meningkatkan massa otot.


Baca juga: Komposisi Menu Gizi Seimbang untuk Lansia

 

Mencegah Sarkopenia

Sebenarnya sarkopenia merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah sepenuhnya karena sarkopenia bagian dari proses penuaan alami. Namun kita dapat mengambil langkah-langkah untuk memperlambat perkembangan penyakit sarkopenia. Dapat melakukan beberapa hal berikut ini sebagai cara untuk memperlambat terjadinya sarkopenia

  1. Olahraga: Usahakan melakukan gaya hidup aktif secara fisik dengan berolahraga jenis latihan kekuatan, jenis latihan kardio, jenis latihan keseimbangan dan fleksibilitas berolahraga 3-5 kali seminggu, 30 menit – 1 jam setiap kali berolahraga.
  2. Pilihlah makanan seimbang: pola makan sehat mencakup protein berkualitas tinggi dengan 20 gr – 35 gr protein setiap kali makan, cukupin juga vitamin D dan asam lemak omega 3.
  3. Pemeriksaan fisik secara rutin, dengan pemeriksaan fisik rutin kita akan mengetahui perubahan apa pun pada kesehatan termasuk perubahan pada otot.


Jika masih memiliki pertanyaan terkait informasi kesehatan dan kondisi kesehatan Anda, jangan ragu berkonsultasi dengan ahlinya melalui fitur Tanya Ahli  dan untuk mendapatkan saran yang tepat. Dengan mendaftar di daya.id, seluruh informasi terkait kesehatan dapat diakses dengan gratis dan mudah. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, kunjungi dan daftarkan diri Anda di daya.id sekarang juga!

Sumber:

Berbagai sumber

Foto : freepik.com

Penilaian :

4.9

10 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

muhammad haris

10 Desember 2023

Artikelnya sangat bagus dan bermanfaat

Balas

. 0

Maudi Rea Cahyati

08 Desember 2023

Terima kasih atas pemahaman mendalam yang Anda bagikan melalui artikel ini. Sungguh memberikan pencerahan!

Balas

. 0

Dani Nofian

03 Desember 2023

Informasinya lengkap, dan mudah dipahami. Terimakasih atas informasinya.

Balas

. 0

Dea Indah Riani Putri

07 November 2023

Trimakasih infonya

Balas

. 0

Dea Indah Riani Putri

07 November 2023

Trimakasih infonya

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Alvin Hartanto

Ahli Gizi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS