Dirilis

18 Desember 2023

Penulis

Neysa Nadia, M. Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Coba berhenti sejenak dan pikirkan: seberapa sering Anda terhambat atau bahkan mengurungkan niat untuk melakukan sesuatu, karena takut dengan penilaian orang lain? Ingin posting di media sosial, tapi takut dianggap flexing. Ingin bertanya setelah mendengarkan materi, tapi takut dianggap pertanyaannya bodoh. Ingin mengenakan pakaian tertentu, tapi takut dianggap tidak bagus. Atau mungkin, momen menjelang presentasi atau wawancara menjadi sangat menegangkan karena takut tidak memenuhi ekspektasi orang lain. Pernahkah Anda berada dalam situasi-situasi semacam itu?

Fear of People’s Opinion, atau ketakutan terhadap opini orang lain, merupakan suatu istilah yang dipopulerkan oleh Michael Gervais, salah satu psikolog ternama yang banyak menangani klien-klien dari kalangan high performer (musisi, atlet, CEO, dan lainnya). Menurutnya, terlalu berusaha menyesuaikan diri dengan apa yang dianggap baik atau tidak baik di mata orang lain hanya akan meredupkan potensi diri kita, membuat kita kehilangan jati diri atau kualitas-kualitas menonjol yang menjadi ciri khas diri kita. 

Lantas, apakah kita harus berhenti memikirkan penilaian orang lain? Sayangnya, kepedulian terhadap penilaian orang lain berasal dari sifat dasar manusia. Dengan kata lain, kita tidak bisa sepenuhnya berhenti memperdulikan apa yang orang lain pikirkan. Jika makan dan minum adalah kebutuhan dasar tubuh kita, salah satu kebutuhan dasar jiwa kita adalah merasa diterima dan terkoneksi dengan orang lain. Kebutuhan itulah yang membuat kita terus memberikan perhatian tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. 

Cara kerja otak kita yang demikian itu pada dasarnya memiliki fungsi untuk membantu kita membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Artinya, dalam porsi yang wajar, kekhawatiran tentang penilaian orang lain adalah sesuatu yang normal dan bahkan memberikan manfaat. Tugas kita adalah mengelola pikiran agar kekhawatiran tersebut tidak menjadi berlebihan dan justru menghambat kita dalam melakukan sesuatu. 


 

Bagaimana Cara Mengelolanya?


 

1.    Tumbuhkan penerimaan diri

Wajar memiliki keinginan untuk diterima oleh orang lain, namun sadari bahwa hal tersebut tidak bisa sepenuhnya kita kendalikan. Setiap orang yang kita temui memiliki opini yang dilatarbelakangi oleh sejarah hidupnya masing-masing–pengalaman, nilai, budaya, kepribadian, kepercayaan, dan lain-lain. Berusaha menyesuaikan diri dengan harapan mereka dan menyenangkan mereka semua adalah hal yang mustahil. Maka, alih-alih mengejar penerimaan dari orang lain, jadilah orang pertama yang memberikan penerimaan tersebut pada diri kita sendiri. 

Berikan rasa sayang yang diri kita butuhkan, sebelum mengharapkan kasih sayang dari orang lain. Terus kenali diri dan sadari bahwa pada setiap karakteristik diri kita–yang kita anggap kekurangan sekalipun–sebenarnya ada hal positif yang bisa kita kembangkan (misal: keras kepala sebenarnya adalah tanda bahwa kita memiliki motivasi yang kuat untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan). Cara berpikir seperti itu dapat membantu untuk lebih menerima diri seutuhnya.

 

2.    Jalani hidup sesuai prinsip

Apa hal paling penting yang kita inginkan dalam hidup? Apa yang mendorong kita untuk mencapai hasil yang terbaik? Rumuskan prinsip hidup kita dalam sebuah kalimat dan tumbuhkan komitmen untuk menjalani hidup sesuai dengan prinsip tersebut. Misalnya, jika prinsip Anda adalah “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”, selalu ingat kalimat ini setiap kali merasa ragu untuk bertindak karena takut terhadap penilaian orang lain. Prinsip ini akan membantu kita menggeser fokus dari penilaian orang lain, kembali kepada nilai yang kita junjung. 

 

3.    Pahami bahwa penilaian orang lain tidak selalu tentang diri kita

Merasa sedih ketika mendapatkan penilaian atau komentar yang menyakitkan dari orang lain adalah hal yang sangat manusiawi. Namun, agar tidak berlarut dalam kesedihan itu, sadari bahwa penilaian tersebut bisa jadi tidak semata-mata tentang diri kita saja. Ada pepatah yang mengatakan hurt people hurt people. Orang yang tersakiti akan menyakiti orang lain. Ketika mereka mengatakan hal-hal menyakiti kita, mungkin itu sebenarnya adalah bentuk ekspresi emosi dari masalah-masalahnya yang tidak bisa ia selesaikan. Dengan menyadari ini, kita akan lebih mudah untuk berempati dan tidak berlarut menyalahkan diri sendiri.

 

4.    Latihan Mindfulness

Saat memiliki kekhawatiran terhadap penilaian orang lain, atau merasa tersinggung mendengar kritik yang orang lain sampaikan, coba terima perasaan tidak nyaman tersebut tanpa melakukan apapun. Maknai momen-momen tersebut secara faktual dan inderawi saja, tanpa memberikan penilaian apapun (misalnya: “atasan saya mengatakan bahwa presentasi saya kurang lancar”, tidak perlu ditambahkan dengan “saya bodoh sekali dan pasti mempermalukan atasan saya karena terbata-bata saat mewakili tim”). Posisikan diri seperti penonton yang sedang menyaksikan sebuah film, namun tidak bisa mengontrol jalan ceritanya. Latihan ini akan membantu kita untuk membiarkan hal-hal yang tidak menyenangkan berlalu tanpa mengganggu diri kita.

 

5.    Lakukan tindakan konkret untuk melawan kekhawatiran

Cara terbaik untuk berhenti merasa khawatir adalah mengalihkan perhatian dan energi kita untuk bertindak. Setiap kali merasa takut terhadap penilaian orang lain, susun rencana antisipasi yang bisa dilakukan agar ketakutan tersebut tidak terjadi. Buat daftar to do list dan segera lakukan langkah pertamanya. 

Latihan-latihan ini mungkin terasa sulit pada awalnya dan tentunya butuh proses sampai terasa dampak positifnya. Jangan berkecil hati jika usaha yang dilakukan tidak langsung membuahkan hasil. Ingat bahwa meregulasi emosi, termasuk kekhawatiran terhadap penilaian orang lain, adalah sebuah keterampilan. Semakin sering dilatih, lama kelamaan akan semakin mudah dilakukan. Semangat dan selamat mencoba!

Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait karier atau masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Artikel : berbagai sumber

Foto : freepik.com

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ardhan Ashary Nasution

18 Desember 2023

Terima Kasih informasi nya sangat bagus 👍👍

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS