Penyintas Kanker Payudara, Obat Paling Mujarab adalah Mental dan Mindset yang Baik

Dirilis

21 Agustus 2022

Penulis

Dini Fitriani Nugraha

Narasumber

Ika Arfiyani

Pekerjaan

HRD & Administrative TABBOT KOFFIE

Selain kanker leher rahim (serviks), perempuan juga umum mengidap kanker payudara. Salah satunya adalah Ika Arfiyani atau akrab disapa dengan Ika, seorang ibu beranak satu yang menjadi penyintas kanker payudara (Breast Cancer Survivor) sejak tahun 2015. 

Jika orang lain merayakan ulang tahun depan tiup lilin dan potong kue, ulang tahun Ika yang ke-49 dirayakan dengan melakukan operasi pengangkatan payudara. Namun berbeda dengan perempuan pada umumnya, Ika tidak sedih karena salah satu payudaranya hilang, dia sedih karena takut dokter dan jarum suntik. Itulah mengapa Ika baru terdiagnosis pada Februari 2015 dan dioperasi satu bulan kemudian. Menurut pengakuan Ika, dia telah merasakan sakit sekitar 1,5 tahun, tapi rasa sakitnya masih dapat ditoleransi dan tidak membutuhkan painkiller atau penghilang rasa sakit, sehingga enggan memeriksakan diri.

 

Berkat Dukungan Teman dan Keluarga

Awal mula Ika mengetahui dia menderita kanker payudara adalah saat meminta teman perempuannya memegang payudara sebelah kirinya. Saat dipegang, bentuk payudara Ika sudah mengeras dengan puting yang sudah masuk ke dalam dan terdapat benjolan. Dengan paksaan temannya, akhirnya Ika mau memeriksakan diri ke dokter. 

Setelah menjalani pemeriksaan lengkap di salah satu rumah sakit di jakarta selatan, Ika positif terdiagnosis kanker payudara stadium 3B dan dianjurkan untuk segera melakukan operasi karena kanker telah menyebar ke bagian getah bening (di sekitar ketiak). Namun karena RS tersebut tidak menutup semua biaya perawatan dengan BPJS, akhirnya Ika melakukan operasi dan kemo di RS Fatmawati.

Ika dapat terkena kanker payudara karena memiliki riwayat keluarga yang terkena kanker payudara (faktor keturunan) ditambah dengan gaya hidupnya yang tidak sehat sejak masih muda.

Selama menjalani masa sulit, Ika mendapat banyak dukungan dari keluarga, saudara, dan teman-teman, khususnya dukungan dalam bentuk emosional dan finansial, seperti menemani saat pertama kali memeriksakan diri, memberi pelukan saat butuh, dan saldo di rekening yang tiba-tiba penuh. Selain dukungan dari keluarga dan kerabat, yang paling penting adalah memiliki mental dan mindset yang baik. Yaitu percaya semua akan berlalu, selalu sabar, jalani dengan ikhlas, bersyukur, dan bahagia. 

Meskipun posisi Ika sebagai pasien, namun Ika sangat suka menolong sesama pejuang kanker, khususnya orang-orang yang kebingungan saat melakukan pemeriksaan atau kontrol pertama kali, dan orang-orang yang membutuhkan motivasi. Ika akan dengan senang hati memandu dan menolong mereka serta memberikan motivasi. Salah satunya dalam bentuk menunjukkan foto Ika setelah kemoterapi yaitu saat kepala tidak memiliki rambut dan berat badan tidak turun.

“Dia Aja Bisa, Gue Juga Pasti Bisa”

Kini Ika berusia 56 tahun, kegiatannya saat ini adalah menjadi HRD dan bagian administrasi pada sebuah kafe di kawasan Bintaro. Selain bekerja, keseharian Ika diisi dengan rutin berjalan kaki setiap pagi, selama 2 jam, yakni dari pukul 06.00-08.00 WIB, dan bermain game di waktu luang atau pada saat istirahat. 

Rekor yang pernah Ika tempuh saat jalan pagi adalah 16 km, biasanya Ika sanggup berjalan hingga 6-16 km. Menurut Ika, berjalan kaki setiap pagi dapat menghilangkan stres, menjadi pelampiasan saat bersedih, dan mendapatkan semangat baru. Hal itu dikarenakan saat jalan pagi Ika dapat bertemu dan bertegur sapa dengan orang, bahkan menjadi model “dadakan” karena banyaknya fotografer yang datang ke jogging track Bintaro Exchange, tempat kesukaan Ika melakukan jalan pagi. 

Kondisi kesehatan Ika masih tergolong baik, namun beberapa kali merasakan nyeri di bagian punggung atau bekas jahitan operasi karena sudah lama tidak kontrol. Alasan Ika tidak kontrol lagi adalah supaya tidak ketergantungan dengan dokter ataupun obat. 

Ika juga sudah pasrah dan menerima dengan ikhlas kondisinya sekarang. Menurut Ika, yang terpenting saat ini adalah menikmati hidup dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur serta melakukan apa saja yang dapat membuatnya bahagia. 

Adapun pesan yang ingin disampaikan Ika kepada sesama pejuang atau penyintas kanker payudara di luar sana adalah, “Kalau sakit, obat hanya membantu sekitar 20%, sisanya bergantung kepada mindset atau pola pikir bagaimana kita menanggapi penyakit tersebut. Kalau kita selalu optimis, selalu happy, pasti badan pun akan ikutan membaik.” 

Ia juga menambahkan, "Sesekali gapapa egois untuk diri kita, asal tidak merugikan orang lain. Pokoknya selama yang kita lakukan dapat membuat bahagia, ya lakukan. Tidak perlu mendengarkan apa kata orang. Mereka hanya bisa melarang, sedangkan kita yang merasakan sakit. Jalani takdir dengan ikhlas dan jangan membandingkan diri dengan orang lain yang ada di atas kita ataupun menyalahkan keadaan. Lihatlah ke bawah dan tanamkan mindset ‘dia aja bisa, gue juga pasti bisa’. Dan terakhir jangan lupa sabar.”

Meskipun kecil kemungkinan untuk sembuh, namun jangan putus asa. Jika hati dan pikiran kita sehat, maka badan pun akan ikutan sehat. Jalani hidup tanpa penyesalan dan lakukan apapun yang dapat membuat kita bahagia. Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Penilaian :

5.0

4 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS