Tetap Semangat Berlari Walau di Komunitas Toxic

Dirilis

25 Maret 2024

Penulis

Andi Dala Nadhifa Asmarani

Narasumber

Randi Adi Pratama

Pekerjaan

Freelancer, Pocari Sweat Running Team

Olahraga lari merupakan salah satu aktivitas yang digemari masyarakat luas. Alasannya karena mudah dilakukan di mana pun dan kapan pun. Bagi beberapa orang, salah satu cara untuk bisa memulai olahraga lari adalah dengan bergabung menjadi anggota komunitas. Sayangnya, komunitas lari bisa menjadi toxic  sampai membuat orang ragu untuk mencoba atau bahkan membuat orang kehilangan motivasi untuk tetap berlari.

Seperti apa pengaruh negatif lingkungan yang dimaksud dan bagaimana cara untuk menghadapinya? Simak kisah Randi Adi Pratama, salah satu anggota Pocari Sweat Running Team. Pria yang biasa dipanggil Randi ini telah berkecimpung dalam dunia lari sejak 2019 silam. Dalam artikel ini, Randi membagikan pengalamannya, termasuk isu pengaruh negatif (toxic) yang dia temui dalam lingkungan olahraga lari. 

 

Dari Benci, Sampai Akhirnya Jatuh Cinta dengan Berlari

Sebenarnya, berlari bukanlah satu-satunya bidang olahraga yang pernah dilakukan Randi.  Bahkan ia mengaku sempat tidak menyukai olahraga lari dan lebih suka bersepeda atau bermain futsal. Sayangnya, ia harus berhenti bersepeda karena kehilangan sepeda kesayangannya yang sampai menyebabkan trauma. Kebetulan saat itu juga terjadi pandemi, sehingga aktivitas berolahraga kelompok seperti futsal menjadi sulit dilakukan. Namun karena terbiasa aktif, akhirnya ia mencoba berlari karena merupakan olahraga paling terjangkau saat itu.  

Tak lama, muncul rasa penasaran untuk mempelajari teknik dan metode berlari melalui Youtube. Dengan berlari, kondisi fisik dan mentalnya yang sempat kacau akibat pandemi mulai membaik. Semenjak itu, ia jadi menyukai olahraga lari dan lebih serius menjalaninya. Terbukti, dengan kesungguhannya, Randi berhasil menjadi bagian dari Pocari Sweat Running Team dari tahun 2023. Di samping itu, dia juga beberapa kali dipercaya untuk melakukan coaching untuk kalangan pemula. 

 

Lingkungan Toxic Menjadi Tantangan Saat Ini

Paparan negatif dari orang sekitar dapat menciptakan lingkungan yang toxic bagi pelari. Salah satu contohnya adalah dari segi pakaian olahraga. Randi bercerita bahwa banyak pelari yang menggunakan pakaian olahraga berharga tinggi. Hal tersebut tidak salah, tetapi nyatanya hal ini membuat sekelompok orang merasa minder, bahkan tertekan untuk mengikuti cara berpakaian orang sekitar. Padahal sebenarnya sepatu atau pakaian olahraga yang mahal bukan sebuah keharusan bagi pelari dan lebih sebagai faktor penunjang saja. 

Menurut Randi, masih banyak hal negatif lainnya yang berpotensi menghilangkan motivasi pelari. Mulai dari tekanan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu, sampai kebiasaan membandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian pribadi. Hal-hal negatif ini bisa berasal dari komunitas lari, pelatih, serta lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman. Di tambah lagi dengan penggunaan media sosial yang merupakan tempat untuk memamerkan pencapaian masing-masing. Bagi sebagian orang, berlari berubah menjadi ajang pencarian validasi dan pengakuan orang lain. Sehingga esensi olahraga lari yang bertujuan untuk sehat bergeser menjadi sesuatu yang tidak menyehatkan.

Dalam situasi tersebut, Randi menemukan banyak orang menjadi lebih fokus untuk mengikuti tren sampai lupa dengan tujuan awal. Yang disayangkan adalah ketika tekanan dan stres akibat tuntutan dari lingkungan sekitar membuat orang berhenti berlari. Oleh karena itu, Randi ingin meningkatkan kesadaran terhadap isu ini agar orang tidak mudah terpengaruh. 

Menurutnya, berkomunitas dan bersosialisasi saat berlari bukan sesuatu yang negatif. Pastinya tiap hal memiliki pro dan kontranya sendiri. Namun, Randi berharap supaya orang-orang bisa lebih cermat menyaring informasi yang diterima dan fokus terhadap tujuan awal berolahraga 

 

Pesan untuk Para Runner 


 

1.    Jangan Takut untuk Mulai 

Pertama, janganlah takut untuk mulai. Randi menyarankan agar jangan terlalu memusingkan jarak lari, kecepatannya, atau perlengkapan lari yang dibutuhkan. Setelah itu, cobalah untuk konsisten dan rutin berlari. Jangan lupa untuk berusaha mencintai olahraga lari ini. Randi percaya bahwa ketika seseorang menyukai olahraga, energinya tidak akan pernah habis.

 

2.    Fokus Dengan Perkembangan Diri Sendiri

Jangan pernah membandingkan pencapaian diri sendiri dengan pencapaian orang lain. Randi sendiri lebih memilih untuk fokus dengan perkembangannya sendiri daripada fokus dengan prestasi orang lain. Menurutnya, progres yang telah dicapai saat ini dibanding saat dia mulai merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan. 

 

3.    Tentukan dan Jalani Prioritas Masing-Masing

Randi menekankan betapa pentingnya prioritas dan tujuan agar bisa tetap semangat. Saat mulai berlari, tentukan tujuan yang jelas misalnya berlari untuk kesehatan, untuk gaya hidup sehat, atau ingin mengikuti turnamen profesional. Menurut Randi, tujuan yang jelas berfungsi sebagai “jangkar” yang membantu Anda tetap fokus. “Bagaikan kapal yang diterjang ombak. Kalau sudah punya jangkar, kapal itu akan tetap kuat menahan,” ujar Randi. 
Begitulah pengalaman Randi sebagai pelari. Pelajaran yang dapat diambil adalah terdapat sisi positif dan negatif dari setiap aktivitas, termasuk berolahraga. Yang terpenting adalah cara kita menyaringnya agar kita tidak mudah terpengaruh. Pastikan Anda selalu fokus terhadap tujuan dan prinsip Anda. Pesan terakhir yang dapat dikutip dari perkataan Randi, “tidak peduli seberapa cepat atau seberapa jauh Anda berlari. Asalkan Anda berlari, berarti Anda adalah seorang runner.”

Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS